Sunday, November 21, 2010

USHOLLI

BENARKAH NAWAITU DAN USHOLLI BUKAN TUNTUNAN NABI ?
m. busrowi abdulmannan

Santri : Tentang niyat ibadah, mohon agar dijelaskan apa arti niyat
Ustadz : Arti niyat :
I. menurut bahasa : ialah hati menyengaja berbuat sesuatu
Ada yang mengartikan :
• bermaksud sesuatu beriringan dengan mengerjakannya
• bermaksud mendekatkan diri dan mematuhi perintah
II. menurut istilah, niyat artinya hati ( bukan lesan ) menegaskan akan melakukan suatu ibadah semata mata karena Allah
Santri : Dalam berbagai niyat ibadah seperti puasa, wudlu dan mandi, ada yang melafalkan niyat dengan NAWAITU sedang untuk niyat shalat dengan lafal USHOLLI. Namun ada yang niyat itu cukup dalam hati, mohon penjelasan
Ustadz : penjelasan kami :
I. melafalkan niyat dengan NAWAITU dan USHOLLI itu BUKAN tuntunan Nabi, tidak diamalkan oleh para sahabat dan para tabi’in dan jumhur ulama. Iamam madzhab pun tidak melafalkan niyat di setiap ibadahnya
II. Usholli dan nawaitu , kemungkinan baru dituntunkan orang pada akhir masa tabi’in atau awal masa tabi’ut tabi’in. Jadi nawaitu dan usholli bukan tuntunan nabi, sahabat dan imam madzhab. Ulama siapa yang pertama kali menuntunkan , sejak kapan tidak ada keterangan dalam kitab salaf maupun kitab kuning.
III. Segala ibadah itu jelas harus didasari niyat, dan tempat niyat itu dalam hati atau dengan bahasa batin. Tidak satu pun hadits yang menerangkan nabi beribadah dengan niyat yang dilafalkan, semisal nawaitu dan usholli
IV. Oleh sebab itu lah ucapan usholli dalam kitab satu dengan kitab yang lain saling berbeda, karena memang hanya dikirakirakan dan hanya menurut siapa yang menuntunkan.
V. Di bawah ini berbagai pendapat ulama dalam kitab kuning tentang lafal niyat :
1. Kitab Al madkhal karangan Al Imam Ibnul Hajj disebutkan bahwa imam dan makmum , begitu pula shalat sendiri tidak boleh melafalkan niyat, karena tidak ada diriwyatkan dari nabi, Khulafa’ Rasyidin, sahabat dan tabi’in. Maka melafalkan niyat itu bid’ah
2. Dalam kitab Az Zad karangan al Imam Ibnul Qayyim disebutkan bahwa Rasulullah SAW bila berdiri untuk shalat beliau mengucapkan Allahu Akbar, beliau tidak membaca apa-apa sebelumnya dan tidak pula melafalkan niyat, beliau tiudak mengucapkan usholli
3. Dalam kitab Al Ibda’ karangan Syekh Ali mahfudk disebutkan bahwa yang lebih buruk lagi ialah mengulang-ulang lafalk niyat hinga terkadang memakan satu rakat ( tertingal imam ) dan mengganggu makumum disekelilingnya.
4. Dalam kitab IghatsatuLahfan karangan Ibnul Qayyim diseutkan bahewa niyat itu menyengaja dan bermaksud sunguh sungguh untuk melakukan sesuatu. Dan tempatnya di hati dan tidak ada sangkutpautnya dengan lesan. Dan dari itu tak ada diriwayatkan dari nabi, begitu juga para sahaba mengenai lafal niyat.
Santri : ada yang berpendapat bahwa niyat di9lafalkan itu maksudnya untuk memudahkan hati berniyat
Ustadz : kalau lafal niyat disangkat memudahkan hati berniyat, maka sebanarnya lafal niyat itu AMAT SANGAT MENYUKARKAN DAN MEREPOTKAN ORANG. Di samping itu sebagian umat islam adalah awam tentang penguasaan bahasa Arab. Sehinga akan terlalu banyak hafalan lafal niyat yang harus berbahasa Arab. Bayangkan hanya untuk shalat dhuhur dan Ashar saja, orang harus hafal dan menguasai lafal usholli 21 :
1. shalat dhuhur tepat waktu ( adakan ), sendiri
2. shalat dhuhur tepat waktu ( adakan ), menjadi imam
3. shalat dhuhur tepat waktu ( adakan ), menjadi makmum
4. shalat dhuhur tepat waktu ( adakan) diqashar, sendiri
5. shalat dhuhur tepat waktu ( adakan) diqashar, menjadi imam
6. shalat dhuhur tepat waktu ( adakan) diqashar, menjadi makmum
7. shalat dhuhur dan ashar dijama’ taqdim, sendiri
8. shalat dhuhur dan ashar dijama’ taqdim, menjadi imam
9. shalat dhuhur dan ashar dijama’ taqdim, menjadi makmum
10. shalat dhuhur dan ashar dijama’ ta’khir, sendiri
11. shalat dhuhur dan ashar dijama’ ta’khir, menjadi imam
12. shalat dhuhur dan ashar dijama’ ta’khir, menjadi makmum
13. shalat dhuhur dan ashar dijama’ taqdim dan diqoshor, sendiri
14. shalat dhuhur dan ashar dijama’ taqdim dan diqoshor, menjadi imam
15. shalat dhuhur dan ashar dijama’ taqdim dan diqoshor, menjadi makmum
16. shalat dhuhur dan ashar dijama’ ta’khir dan diqoshor, sendiri
17. shalat dhuhur dan ashar dijama’ ta’khir dan diqoshor, menjadi imam
18. shalat dhuhur dan ashar dijama’ ta’khir dan diqoshor, menjadi makmum
19. shalat dhuhur dan ashar diqadla, sendiri *)
20. shalat dhuhur dan ashar diqadla, menjadi imam *)
21. shalat dhuhur dan ashar diqadla, menjadi makmum *)
*) Muhammadiyah tidak mengamalkan shalat qadla.
Akan sangat suah lagi kalau shalat janazah, bagaimana lafal ushollinya untuk :
1. janazah satu pria, shalat sendirian / menjadi kamum, menjadi imam
2. janazah satu wanita, shalat sendirian / menjadi kamum, menjadi imam
3. janazah dua pria , shalat sendirian / menjadi kamum, menjadi imam
4. janazah dua wanita , shalat sendirian / menjadi kamum, menjadi imam
5. janazah banyak pria ,shalat sendirian / menjadi kamum, menjadi imam
6. janazah banyak wanita , shalat sendirian / menjadi kamum, menjadi imam
7. janazahnya banci , shalat sendirian / menjadi kamum, menjadi imam
Ini belum melafalkan niyat ibadah yang lain seperti akan shodaqoh, akan membayar zakat, akan menyembelih qurban/aqiqah, akan berjihad, dll. Misal akan puasa , paling tidak harus hafal dan mengauasai abahasa Arab 15 lafal NAWAITU :
1. Nawaitu untuk puasa ramadhan
2. Nawaitu untuk puasa mengqadla puasa ramadlan di bulan lain
3. Nawaitu untuk puasa syawal
4. Nawaitu untuk puasa senin
5. Nawaitu untuk puasa kamis
6. Nawaitu untuk puasa 9 Dzilhijjah
7. Nawaitu untuk puasanadzar
8. Nawaitu untuk puasa tanggal 13 setiap bulan qamariyah
9. Nawaitu untuk puasa tanggal 14 setiap bulan qamariyah
10. Nawaitu untuk puasa tanggal 15 setiap bulan qamariyah
11. Nawaitu untuk puasa dawud
12. Nawaitu untuk puasa kafarot melangar sumpah
13. Nawaitu untuk puasa kafarot melanggar karena hubungan sex di bulan ramadhan
14. Nawaitu untuk puasa di bulan rajab
15. Nawaitu untuk puasa di bulan sya’ban
Kan kenyataan ini, maka rasulullah sangat mengerti bagaimana sukarnya umat kalau semua niyat dilafalkan dengan hasa Arab . maka niyat itu cukup dalam hati
Santri : ada yang berpendapat bahwa niyat dilafalkan itu maksudnya untuk memantapkan niyat , lesan menuntun hati berniyat
Ustadz : Juga kalau lafal niyat itu disangka memantapkan , justru menjadikan kebanyakan orang was-was , terkadang hati sudah mantap tapi merasa melafalkan itu kurang pas atau keliru. . Sebab :
1. justru hatilah yang menuntun lesan dan gerak, kadang hati sudah mantap tapi lesan keliru melafalkan.
2. Sebagai contoh, seseorang yang lkama menjadi pejabat di Gunungkidul misalnya, kemudian pindah di Bantul. Hampir ia sering keliru menyebut , bapaka-bapak dan ibu-ibu warga Gunungkidul ( maksud hatinya Warga Bantul 0. Baru merasa salah ketika hadirin teretawa dan membenarkan ucapannya.
Jadi ia salah melafalkan , untung diu depan orang banyak yang tahu dan membenarkan. Bagaimana jika sendirian maunya shalat Isyaj, tapi ushollinya keliru ashar ? Sebagaimana pernah terjadi di masjid kami. Ketika Imam shalat jumat , memulai engan melafalakan tapi keliru USHOLLI FARDDHODH DHUHRI , makmum sudah mengucap subkhanalloh, ada yang mengucap fardhol jumat dengan maksud menunjukkan lafal keliru. Namun Imam tetap memipin shalat.
Setelah slam terjadilah kekacauan :
a. ada yang ikut salam makmum, tapi terus mengulang shalat dhuhur
b. ada yang tidak ikut salam tapi menambah 2 rakaat lagi, karena tadi lafalnya usholli fardhodh dhuhri
c. sebagian hanya bingung dan saling diskusi, was was / ragu ragu syah apa tidak
3. Sebagaimana pendapat Syekh Ali Makhfudl, ada yang shalat, melafalkan usholli berulang ulang, ia selalu merasa ushollinya kurang tepas atau kurang mantap. Bahkan ada yang berpendapat jika tiga kali kurang mantap, ia ber wudlu lagi. Sering pula kaena wudlunya juga pakai nawaitu wudlunya juga berulang ulang.
Santri : Ada ada lagi yang berpendapat bahwa niyat shalat itu diqyaskan dengan ibadah haji atau umrah, kita ketahui bahwa untukibadah umrah dengan melafalkan LABBAIKA ‘UMRATAN dan ibadah haji engan LABBAIKA HAJJAN
Ustadz : pendapat lafal niyat ibadah diqiyaskan dengan lafal niyat haji / umrah, kurang tepat dan terdapat tiga kekeliruan :
1. Ibadah shalat lebih dulu disyariatkan, baru beberapa tahun setelah shalat haji disyareatkan
2. Imam Syafi’I berpendapat :
لاَ قِيَاسَ فِى الْعِبَادَةِ
Artinya : “ tak ada qiyas dalam ibadah “
3. Lafal LABBAIKA UMRATAN atau LABAIKA HAJJAN disangka lafal niyat Umrah dan haji.
Untuk lebih jelasnya bandingkan pengertian ibadah shalat dan ibadah haji :
= shalat adalah ibadah yang diawali niyat dalam hati sambil melafalKAN ALLOOHU AKBAR dan diakhiri SALAM
= Umrah / haji ialah ibadah yang diawali niyat dalam hati sambil melafalkan LABAIKA UMRATAN / HAJJAN dan diakhiri dengan tahallul
Santri : Bagimana sebaiknya , niyat ibadah itu dilafalkan atau cukup dalam hati
Ustadz : terserah anda. Hanya perlu dimengerti kalau berniyat dalam hati itu tuntunan Rasulullah, dan beliau adalah uswatun khasanah, tauladan/ contoh / tiruan yang baik.
Sedang Usholli dan nawaitu itu tuntunan / contoh dari orang yang tak diketahui siapa namanya yang mula-mula mengajakan dan kapan masa hidupnya. Serta menyusahkan dan menyukarkan umat. Dan yang jelas BUKAN tuntunan Rasulullah SAW