Sunday, November 21, 2010

USHOLLI

BENARKAH NAWAITU DAN USHOLLI BUKAN TUNTUNAN NABI ?
m. busrowi abdulmannan

Santri : Tentang niyat ibadah, mohon agar dijelaskan apa arti niyat
Ustadz : Arti niyat :
I. menurut bahasa : ialah hati menyengaja berbuat sesuatu
Ada yang mengartikan :
• bermaksud sesuatu beriringan dengan mengerjakannya
• bermaksud mendekatkan diri dan mematuhi perintah
II. menurut istilah, niyat artinya hati ( bukan lesan ) menegaskan akan melakukan suatu ibadah semata mata karena Allah
Santri : Dalam berbagai niyat ibadah seperti puasa, wudlu dan mandi, ada yang melafalkan niyat dengan NAWAITU sedang untuk niyat shalat dengan lafal USHOLLI. Namun ada yang niyat itu cukup dalam hati, mohon penjelasan
Ustadz : penjelasan kami :
I. melafalkan niyat dengan NAWAITU dan USHOLLI itu BUKAN tuntunan Nabi, tidak diamalkan oleh para sahabat dan para tabi’in dan jumhur ulama. Iamam madzhab pun tidak melafalkan niyat di setiap ibadahnya
II. Usholli dan nawaitu , kemungkinan baru dituntunkan orang pada akhir masa tabi’in atau awal masa tabi’ut tabi’in. Jadi nawaitu dan usholli bukan tuntunan nabi, sahabat dan imam madzhab. Ulama siapa yang pertama kali menuntunkan , sejak kapan tidak ada keterangan dalam kitab salaf maupun kitab kuning.
III. Segala ibadah itu jelas harus didasari niyat, dan tempat niyat itu dalam hati atau dengan bahasa batin. Tidak satu pun hadits yang menerangkan nabi beribadah dengan niyat yang dilafalkan, semisal nawaitu dan usholli
IV. Oleh sebab itu lah ucapan usholli dalam kitab satu dengan kitab yang lain saling berbeda, karena memang hanya dikirakirakan dan hanya menurut siapa yang menuntunkan.
V. Di bawah ini berbagai pendapat ulama dalam kitab kuning tentang lafal niyat :
1. Kitab Al madkhal karangan Al Imam Ibnul Hajj disebutkan bahwa imam dan makmum , begitu pula shalat sendiri tidak boleh melafalkan niyat, karena tidak ada diriwyatkan dari nabi, Khulafa’ Rasyidin, sahabat dan tabi’in. Maka melafalkan niyat itu bid’ah
2. Dalam kitab Az Zad karangan al Imam Ibnul Qayyim disebutkan bahwa Rasulullah SAW bila berdiri untuk shalat beliau mengucapkan Allahu Akbar, beliau tidak membaca apa-apa sebelumnya dan tidak pula melafalkan niyat, beliau tiudak mengucapkan usholli
3. Dalam kitab Al Ibda’ karangan Syekh Ali mahfudk disebutkan bahwa yang lebih buruk lagi ialah mengulang-ulang lafalk niyat hinga terkadang memakan satu rakat ( tertingal imam ) dan mengganggu makumum disekelilingnya.
4. Dalam kitab IghatsatuLahfan karangan Ibnul Qayyim diseutkan bahewa niyat itu menyengaja dan bermaksud sunguh sungguh untuk melakukan sesuatu. Dan tempatnya di hati dan tidak ada sangkutpautnya dengan lesan. Dan dari itu tak ada diriwayatkan dari nabi, begitu juga para sahaba mengenai lafal niyat.
Santri : ada yang berpendapat bahwa niyat di9lafalkan itu maksudnya untuk memudahkan hati berniyat
Ustadz : kalau lafal niyat disangkat memudahkan hati berniyat, maka sebanarnya lafal niyat itu AMAT SANGAT MENYUKARKAN DAN MEREPOTKAN ORANG. Di samping itu sebagian umat islam adalah awam tentang penguasaan bahasa Arab. Sehinga akan terlalu banyak hafalan lafal niyat yang harus berbahasa Arab. Bayangkan hanya untuk shalat dhuhur dan Ashar saja, orang harus hafal dan menguasai lafal usholli 21 :
1. shalat dhuhur tepat waktu ( adakan ), sendiri
2. shalat dhuhur tepat waktu ( adakan ), menjadi imam
3. shalat dhuhur tepat waktu ( adakan ), menjadi makmum
4. shalat dhuhur tepat waktu ( adakan) diqashar, sendiri
5. shalat dhuhur tepat waktu ( adakan) diqashar, menjadi imam
6. shalat dhuhur tepat waktu ( adakan) diqashar, menjadi makmum
7. shalat dhuhur dan ashar dijama’ taqdim, sendiri
8. shalat dhuhur dan ashar dijama’ taqdim, menjadi imam
9. shalat dhuhur dan ashar dijama’ taqdim, menjadi makmum
10. shalat dhuhur dan ashar dijama’ ta’khir, sendiri
11. shalat dhuhur dan ashar dijama’ ta’khir, menjadi imam
12. shalat dhuhur dan ashar dijama’ ta’khir, menjadi makmum
13. shalat dhuhur dan ashar dijama’ taqdim dan diqoshor, sendiri
14. shalat dhuhur dan ashar dijama’ taqdim dan diqoshor, menjadi imam
15. shalat dhuhur dan ashar dijama’ taqdim dan diqoshor, menjadi makmum
16. shalat dhuhur dan ashar dijama’ ta’khir dan diqoshor, sendiri
17. shalat dhuhur dan ashar dijama’ ta’khir dan diqoshor, menjadi imam
18. shalat dhuhur dan ashar dijama’ ta’khir dan diqoshor, menjadi makmum
19. shalat dhuhur dan ashar diqadla, sendiri *)
20. shalat dhuhur dan ashar diqadla, menjadi imam *)
21. shalat dhuhur dan ashar diqadla, menjadi makmum *)
*) Muhammadiyah tidak mengamalkan shalat qadla.
Akan sangat suah lagi kalau shalat janazah, bagaimana lafal ushollinya untuk :
1. janazah satu pria, shalat sendirian / menjadi kamum, menjadi imam
2. janazah satu wanita, shalat sendirian / menjadi kamum, menjadi imam
3. janazah dua pria , shalat sendirian / menjadi kamum, menjadi imam
4. janazah dua wanita , shalat sendirian / menjadi kamum, menjadi imam
5. janazah banyak pria ,shalat sendirian / menjadi kamum, menjadi imam
6. janazah banyak wanita , shalat sendirian / menjadi kamum, menjadi imam
7. janazahnya banci , shalat sendirian / menjadi kamum, menjadi imam
Ini belum melafalkan niyat ibadah yang lain seperti akan shodaqoh, akan membayar zakat, akan menyembelih qurban/aqiqah, akan berjihad, dll. Misal akan puasa , paling tidak harus hafal dan mengauasai abahasa Arab 15 lafal NAWAITU :
1. Nawaitu untuk puasa ramadhan
2. Nawaitu untuk puasa mengqadla puasa ramadlan di bulan lain
3. Nawaitu untuk puasa syawal
4. Nawaitu untuk puasa senin
5. Nawaitu untuk puasa kamis
6. Nawaitu untuk puasa 9 Dzilhijjah
7. Nawaitu untuk puasanadzar
8. Nawaitu untuk puasa tanggal 13 setiap bulan qamariyah
9. Nawaitu untuk puasa tanggal 14 setiap bulan qamariyah
10. Nawaitu untuk puasa tanggal 15 setiap bulan qamariyah
11. Nawaitu untuk puasa dawud
12. Nawaitu untuk puasa kafarot melangar sumpah
13. Nawaitu untuk puasa kafarot melanggar karena hubungan sex di bulan ramadhan
14. Nawaitu untuk puasa di bulan rajab
15. Nawaitu untuk puasa di bulan sya’ban
Kan kenyataan ini, maka rasulullah sangat mengerti bagaimana sukarnya umat kalau semua niyat dilafalkan dengan hasa Arab . maka niyat itu cukup dalam hati
Santri : ada yang berpendapat bahwa niyat dilafalkan itu maksudnya untuk memantapkan niyat , lesan menuntun hati berniyat
Ustadz : Juga kalau lafal niyat itu disangka memantapkan , justru menjadikan kebanyakan orang was-was , terkadang hati sudah mantap tapi merasa melafalkan itu kurang pas atau keliru. . Sebab :
1. justru hatilah yang menuntun lesan dan gerak, kadang hati sudah mantap tapi lesan keliru melafalkan.
2. Sebagai contoh, seseorang yang lkama menjadi pejabat di Gunungkidul misalnya, kemudian pindah di Bantul. Hampir ia sering keliru menyebut , bapaka-bapak dan ibu-ibu warga Gunungkidul ( maksud hatinya Warga Bantul 0. Baru merasa salah ketika hadirin teretawa dan membenarkan ucapannya.
Jadi ia salah melafalkan , untung diu depan orang banyak yang tahu dan membenarkan. Bagaimana jika sendirian maunya shalat Isyaj, tapi ushollinya keliru ashar ? Sebagaimana pernah terjadi di masjid kami. Ketika Imam shalat jumat , memulai engan melafalakan tapi keliru USHOLLI FARDDHODH DHUHRI , makmum sudah mengucap subkhanalloh, ada yang mengucap fardhol jumat dengan maksud menunjukkan lafal keliru. Namun Imam tetap memipin shalat.
Setelah slam terjadilah kekacauan :
a. ada yang ikut salam makmum, tapi terus mengulang shalat dhuhur
b. ada yang tidak ikut salam tapi menambah 2 rakaat lagi, karena tadi lafalnya usholli fardhodh dhuhri
c. sebagian hanya bingung dan saling diskusi, was was / ragu ragu syah apa tidak
3. Sebagaimana pendapat Syekh Ali Makhfudl, ada yang shalat, melafalkan usholli berulang ulang, ia selalu merasa ushollinya kurang tepas atau kurang mantap. Bahkan ada yang berpendapat jika tiga kali kurang mantap, ia ber wudlu lagi. Sering pula kaena wudlunya juga pakai nawaitu wudlunya juga berulang ulang.
Santri : Ada ada lagi yang berpendapat bahwa niyat shalat itu diqyaskan dengan ibadah haji atau umrah, kita ketahui bahwa untukibadah umrah dengan melafalkan LABBAIKA ‘UMRATAN dan ibadah haji engan LABBAIKA HAJJAN
Ustadz : pendapat lafal niyat ibadah diqiyaskan dengan lafal niyat haji / umrah, kurang tepat dan terdapat tiga kekeliruan :
1. Ibadah shalat lebih dulu disyariatkan, baru beberapa tahun setelah shalat haji disyareatkan
2. Imam Syafi’I berpendapat :
لاَ قِيَاسَ فِى الْعِبَادَةِ
Artinya : “ tak ada qiyas dalam ibadah “
3. Lafal LABBAIKA UMRATAN atau LABAIKA HAJJAN disangka lafal niyat Umrah dan haji.
Untuk lebih jelasnya bandingkan pengertian ibadah shalat dan ibadah haji :
= shalat adalah ibadah yang diawali niyat dalam hati sambil melafalKAN ALLOOHU AKBAR dan diakhiri SALAM
= Umrah / haji ialah ibadah yang diawali niyat dalam hati sambil melafalkan LABAIKA UMRATAN / HAJJAN dan diakhiri dengan tahallul
Santri : Bagimana sebaiknya , niyat ibadah itu dilafalkan atau cukup dalam hati
Ustadz : terserah anda. Hanya perlu dimengerti kalau berniyat dalam hati itu tuntunan Rasulullah, dan beliau adalah uswatun khasanah, tauladan/ contoh / tiruan yang baik.
Sedang Usholli dan nawaitu itu tuntunan / contoh dari orang yang tak diketahui siapa namanya yang mula-mula mengajakan dan kapan masa hidupnya. Serta menyusahkan dan menyukarkan umat. Dan yang jelas BUKAN tuntunan Rasulullah SAW

Thursday, October 28, 2010

SOLAT ARBA'IN : sandaran hadits yang lemah

SHALAT ARBA’IN

(HADITSNYA DLO’IF / LEMAH JANGAN DIAMALKAN )

Kata a r b a ’ i n , artinya empat puluh

Yang dimaksud ialah

shalat Arba’in / shalat empat puluh kali di masjid Nabawy

Hadits tentang sholat arba’in tersebut di bawah ini : ,

مَنْ صَلَى فِى مَسْجِدِى اَرْبَعِيْنَ صَلاَةً لاَ يَفُوْتَهُ صَلاَةٌ

كُتِبَ لَهُ بَرَءَةٌ مِنَ النَارِ وَنَجَاةٌ مِنَ الْعَذَابِ وَ بَرِئٌ مِنَ النِّفَاقِ

Artinya : “Barang siapa yang melakukan shalat di masjidku 40 kali shalat dengan tidak tertinggal satu shalatpun, maka ditetapkan baginya terbebas

dari api neraka, selamat dari siksaan dan terbebas dari kemunafikan “.

Hadits dari Anas bin Malik riwayat Ahmad, Thabrani :

hadits ini ternyata dlo’if

sebagaimana penelitian oleh ulama ahli hadits diantaranya ulama yang bernama Muhammad Nashiruddin Al Bani

Hadits ini dla’if , diriwayatkan oleh Imam Ahmad III / 155, Imam Thabrani dalam Al Mu’jamul Ausath II / 125

dengan sanad dari Abdur Rahman bin Abu Razaq, dari Nabith bin Amr dari Anas bin Malik

Menurut Saya ( Syekh Nashirudin Al Bani , pen ) sanad ini dla’if

sebab Nabith tersebut tak dikenal di kalangan muhadditsin

kecuali hanya dalam riwayat ini.

Kemudian segenap pernyataan yang diutarakan oleh sebagian perawi

tentang keshahihan riwayat (sanad) tersebut tidak dapat diterima.

Sebab disamping menyalahi kaidah yang ma’ruf (masyhur) di kalangan muhadditsin juga karena menyalahi hadits shahih yang diriwayatkan

oleh sebagian ash habus sunan dengan berbagai sanad

antar satu dengan yang lainnya saling menguatkan,

Yaitu antara lain hadits dari Abu Kahil riwayat Thabrani

أَنَّهُ مَنْ صَلَّى أَرْبَعِينَ يَوْمًا وَأَرْبَعِينَ لَيْلَةً فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يَكْتُبَ لَهُ بَرَاءَةً مِنَ النَّارِ

yang artinya “ siapa yang shalat berjamah selama 40 hari ( BUKAN 40 KALI ) mendapatkan takbiratul ihram, maka ditetapkan baginya dua kebebasan, bebas dari api neraka dan bebas dari kemunafikan”.

Keterangan dari Saya ( Syekh Nashirudin Al Bani , pen ),

hadits ini tidak menyebutkan khusus berjamaah 40 kali di masjid Nabawy, berarti secara umum siapa saja

yang berjamaah 40 hari di masjid manapun

Banyak anggapan keliru, bahwa puncak atau sempurnanya haji

ialah jika seseorang dapat memenuhi 40 kali shalat jamaah di masjid Nabawy. Sehingga dengan tak mengenal lelah, dan tanpa mempertimbangkan kondisi badannya , menyempat nyempatkan diri agar tak satupun ketinggalan

Namun justru nanti di Masjid Al Haram, hanya karena kurang enak badan, ringan saja malas berjamaah, sedangkan sekali shalat di masjid Al Haram pahalanya 100 kali lipat dibanding sekali shalat di masjid Nabawy .

Lebih tidak benar lagi, mengharuskan hanya 40 kali setelah

itu tidak lagi ke masjid walau masih ada kesempatan beberapa kali ,

sedang selama 9 hari bisa 42, 44 atau bahkan 45 kali.

Akibat terkecoh arba’in sehingga saat berangkat ibadah umrah,

berangkat ke Mekkah yang dimulai setelah 9 hari melakukan shalat di masjid Nabawi,

sudah membawa kelelahan yang amat sangat.

karena memaksa diri berpayah

mengharuskan 40 kali shalat di masjid Nabawi,

tanpa menghiraukan kondisi kesehatan badan.

Kesimpulannya,

selalu sholat jamaah lima waktu di masjid Nabawy

karena pahalanya yang berlipat seribu kali .

Bukan karena mengamalkan hadits arbai’n yang dloif.

Dan sholat jamaah di masjid Al Harom lebih digiatkan karena pahalanya seratus ribu kali

Hadits dari Jabir riwayat Ahmad :

عَنْ جَابِرٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ ، إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ ، وَصَلاَةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ

Artinya : satu kali sholat di masjidku ini lebih besar pahalanya dari seribu kali dilakukan di masjid lain , selain masjid al haraom.

Dan satu kali sholat di masjid Al Harom lebih utama seratus ribu kali

jika dilakukan di masjid lain

Imam Bukhori berpendapat

semua hadits dlo’if jangan dijadikan hujah dan jangan diamalkan

walau dengan dasar / alasan

LI FADHO ILIL A’MAL ( untuk mencari keutamaan amal )

PROSESI IBADAH UMROH

PADA HARI TERAKHIR DI HOTEL MADINAH

sejak dari hotel Madinah : sebaiknya diawali dengan potong kuku ,

dan pangkas rambut ketiak dan rambut kemaluan

juga kumis / cambang, ( yang dipangkas bukan rambut jenggot )

Kemudian mandi besar termasuk wanita yang sedang haid

( berdasar hadits dari Zaid bin Tsabit riwayat Tirmidzi )

kemudian memakai parfum di badan dan rambut kepala,

bukan meminyaki pada pakaian ihrom

( berdasar hadits dari ‘Aisyah riwayat Al Bukhori, Muslim )

barulah memakai pakaian ihram,

Cara memakai ihram bagi pria ialah :

IZAR ( sarung ihram ) harus menutup pusar, karena usar termasuk aurat.

Dan RIDA’ (selendang ihram) dikalungkan di kedua pundak,

jangan dulu diletakkan dibawah ketiak tangan kanan.

Pakaian ihrom wanita adalah busana muslimah sehari hari,

sebaiknya warna putih

Wanita selama ihrom jangan sering sering menutup muka

dengan kain atau selainnya tanpa ada keperluan

dan jangan memakai kaos telapak tangan

( berdasar hadits dari ‘Ibnu Umar riwayat Al Bukhori )

Kemudian menuju Bir Ali ( kurang lebih 12 Km dari hotel Medinah ).

DI BIR ALI

Segera turun dari bus segera masuk masjid untuk shalat

DOA MASUK MASJID :

اَعُوْذُ بِالله ِالْعَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ ،وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ ،

مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

بِسْمِ اللهِ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ،

اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِى ذُنُوْبِى، وَافْتَحْ لِى اَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

ANGUUDZU BILLAAHIL NGADLIIM,WA BI WAJ HIHIL KARIIM ,

WA SULTHOONIHIL QODIIM,MINASY SYAITHOONIR ROJIIM.

( hadits dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash riwayat Abu Dawud, Tirmidzi,)

BISMILLAAHI

WAS SALAAMU NGALAA ROSUULILLAAH

ALLOOHUMMAGH FIRLII DZUNUUBI

WAFTAKH LII AB WAABA ROKHMATIK

( berdasar hadits dari Fathimah riwayat Ibnu Majah )

AKU BERLINDUNG PADA ALLAH ,

DAN BERLINDUNG DENGAN WAJAH ALLAH YANG MAHA MULYA

DAN BERLINDUNG DENGAN KERAJAANNYA YANG MAHA KEKAL

DARI SETAN YANG TERKUTUK

DENGAN NAMA ALLAH DAN SEMOGA

SHOLAWAT DAN SALAM KEPADA RASULULLAH

YA ALLAH AMPUNILAH DOSAKU DAN BUKALAH PINTU RAHMATMU

( berdasar hadits dari ‘Ibnu Umar riwayat Muslim )

Kemudian shalat apa saja yang cocok

pada waktu dan saat di masjid Bir Ali

misal sholat tahiyyatul masjid dan 2 rokaat dlukha

karena sampai di masjid Bir Ali pagi/siang

atau sholat tahiyyatul masjid dengan sholat wajib jama’/qoshor

karena sampai di masjid Bir Ali waktu dhuhur

atau sholat hajat mohon keselamatan selama pelaksanaan ibadah umroh

setelah selesai sholat segera kembali masuk bus

DOA KELUAR MASJID :

بِسْمِ اللهِ ،

وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ،

اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ ،

اَللَّهُمَّ اَعْصِمْنِى مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْلىِ ذُنُوْبِى وَافْتَحْ لِى اَبْوَابَ فَضْلِكَ

BISMILLAHI

WAS SALAAMU ‘ALAA ROSUULILLAH

ALLOOHUMMA INNII AS ALUKA MIN FADL LIK,

ALLOOHUMMA A’ SHIMNII

MINASY SYAITHOONIR ROJIIM

ALLOOHUMMAGH FIRLII DZUNUUBI

WAF TAKH LII AB WAABA FADL LIK

( berdasar hadits dari Fathimah riwayat Ahmad )

DENGAN NAMA ALLAH

SEMOGA SHOLAWAT DAN SALAM KEPADA ROSULULLAH

YA ALLOH SUNGGUH AKU MOHON DARI KEUTAMAANMU

YA ALLAH LINDUNGILAH AKU DARI SETAN TERKUTUK

YA ALLAH AMPUNILAH DOSAKU DAN BUKALAH PINTU KEUTAMANMU

( hadits dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash riwayat Abu Dawud, Tirmidzi,)

Kemudian setelah bus mulai berangkat,

dengan duduk lantunkan tasbih, tahmid dan takbir semampunya

CONTOH BERTASBIH, TAHMID DAN TAKBIR

سُبْحَانَ اللهِ ،وَالْحَمْدُ للهِ، وَلاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ ،وَاللهُ اَكْبَرُ،وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

SUB KHAANALLOOH, WAL KHAMDU LILLAH,

WA LAA ILAAHA ILLALLOOH, WALLOOHU AKBAR

WA LAA KHAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAAH

MAHASUCI ALLAH DAN PUJIAN BAGI ALLAH

DAN TIADA TUHAN SELAIN ALLAH , DAN ALLAH MAHA BESAR

DAN TIADA DAYA DAN KEKUATAN SELAIN DENGAN ALLAH

( berdasar hadits dari Anas bin Malik riwayat Al Bukhori dan Abu dawud )

Kemudian berniyat umrah untuk haji tamattu' dalam hati, sambil melafalkan

لَبـَّيْكَ عُمْرَةً

LABBAIKA ‘UMROTAN

AKU PENUHI PANGGILANMU YA ALLAH UNTUK UMROH

( berdasar hadits dari Anas bin Malik riwayat Al Bukhori, Muslim )

Dalam Bus , perbanyaklah talbiyah

Pria dengan suara keras, wanita cukup didengar sendiri :

لَـبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَـبَّيْكَ ، لَـبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَـبَّيْكَ

إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِـّعْمَةَ لَكَ وَ الْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ

LABBAIK ALLOOHUMMA LABBAIK

LABBAIKA

LAA SYARIIKA

LAKA LABBAIK

INNAL KHAMDA WAN NI’MATA

LAKA WAL MULK LAA SYARIIKA LAK

YA ALLAH AKU DATANG MEMENUHI PANGGILANMU

AKU PENUHI PANGGILANMU TIADA SEKUTU BAGIMU

BAGIMU AKU MEMENUHI PANGGILANMU

SUNGGUH PUJIAN , KENIKMATAN DAN KERAJAAN HANYA BAGIMU

TIADA SEKUTU BAGIMU

( berdasar hadits dari Abdullah bin Umar riwayat Bukhori, Muslim )

Selama berpakaian ihrom ,

Sesama jamaah agar saling mengingatkan semua larangan selama ihram

larangan tersebut ialah dengan sengaja :

1. hub. sex ,

2. memakai parfum,

3. potong kuku,

4. jabut rambut ,

5. merusak pepohonan,

6. memburu dan membunuh binatang halal yang liar

7. wanita menutup wajah dan telapak tangan,

8. laki-laki menutup kepala

Jika melanggar salah satu larangan tersebut ( selain hub. Sex) ,

harus membayar dam, pilihlah salah satu dari 3 dam :

1. menyembelih seekor kambing

2. atau puasa 3 hari

3. atau memberi makan/bahan makan 6 orang fakir-miskin, masing masing ½ Sha’ ( 1 ¼ Kg ) bahan makan , kurang lebih setiap fakir miskin seharga 10 reyal (seharga 10 reyal ini diukur dengan harga satu porsi makan / kenyang)

SELAMA IBADAH UMROH , HINDARI :

rofats ( porno), fusuq (melanggar aturan), jidal (bertengkar )

TIBA DI HOTEL MEKAH

Karena baru saja kelelahan perjalnan 6 – 7 jam dari Madinah

sebaiknya istirahat sehari atau semalam atau beberapa jam,

namun tetap berpakaian ihram

jika diperlukan ( misal kain terkena najis ) bisa ganti pakaian ihram

bagi yang sedang sakit bersabar menanti sembuh dulu

dan wanita Haid bersabar menanti suci dulu , pada saatnya nanti akan diantar oleh pembimbing dan muhrim / mahrom

untuk Thawaf, Sa’i dan Tahallul

selama sakit / haid harus tetap berpakaian ihram , namun boleh ganti pakaian ihram lain jika kotor/najis.

Selama itu harus menghindari semua larangan ihram.

Setelah disepakati waktu ke masjidil harom, bagi yang tidak sakit dan tidak haid, bersiap menuju masjid Al Harom untuk thawaf , Sa’i dan Tahallul dan jangan lupa bawa 7 karet gelang di lengan tangan

sebagai alat penghitung thowaf/sa’i

Jalan kaki / naik bus, dari hotel Mekkah ke masjid Al Harom

Sambil selalu bertalbiyah

DOA MASUK MASJID :

اَعُوْذُ بِالله ِالْعَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ ،وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ ،

مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

بِسْمِ اللهِ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ،

اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِى ذُنُوْبِى، وَافْتَحْ لِى اَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

ANGUUDZU BILLAAHIL NGADLIIM,WA BI WAJ HIHIL KARIIM ,

WA SULTHOONIHIL QODIIM,MINASY SYAITHOONIR ROJIIM.

( hadits dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash riwayat Abu Dawud, Tirmidzi,)

BISMILLAAHI

WAS SALAAMU NGALAA ROSUULILLAAH

ALLOOHUMMAGH FIRLII DZUNUUBI

WAFTAKH LII AB WAABA ROKHMATIK

( berdasar hadits dari Fathimah riwayat Ibnu Majah )

AKU BERLINDUNG PADA ALLAH ,

DAN BERLINDUNG DENGAN WAJAH ALLAH YANG MAHA MULYA

DAN BERLINDUNG DENGAN KERAJAANNYA YANG MAHA KEKAL

DARI SETAN YANG TERKUTUK

DENGAN NAMA ALLAH DAN SEMOGA

SHOLAWAT DAN SALAM KEPADA RASULULLAH

YA ALLAH AMPUNILAH DOSAKU DAN BUKALAH PINTU RAHMATMU

DOA MELIHAT KA’BAH

اَللَّهُمَّ اَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلَامَ

ALLOOHUMMA ANTAS SALAAM WA MINKAS SALAAM FA KHAYYINAAA ROBBANAA BIS SALAAM

YA ALLAH ENGKAU MAHA SEJAHTERA / MAHA MENYELAMATKAN DAN DARI ENGKAU PULA KESEJAHTERAAN MAKA HIDUPKANLAH KAMI

DALAM KESEJAHTERAAN

( berdasar hadits dari Umar BIN Khoththob riwayatImam Al Baihaqi )

SELESAI BERDOA MELIHAT KA’BAH,

Bacaan talbiyah dihentikan

RIDA’ ( KAIN SELENDANG ) IHROM

DILETAKKAN DIBAWAH KETIAK KANAN ( IDHTHIBA’ )

( berdasar hadits dari Ya’la bin Umayah riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, )

THOWAF UMROH

( jika berhaji dengan cara ifrod atau qiron thowaf ini disebut disebut thowaf qudum )

Thawaf harus dalam keadaan suci dari hadats kecil –besar.

Jika batal wudlunya ada kesempatan untuk berwudlu

dengan alat semprot air( dibantu jamaah lain ).

Bersentuhan kulit lain jenis TIDAK membatalkan wudlu

Satu putaran thowaf diawali dan diakhiri di hajar aswad

Ka,bah selalu berada di sebelah kiri selama mengelilinginya.

Mulai thawaf, badan / wajah menghadap hajar aswad, lambaikan tangan kanan digerakkan seakan dapat menggapai hajar aswad sambil mengucap

بِسْمِ اللهِ وَ اللهُ اَكْبَرُ

BISMILLAAHI WALLOOHU AKBAR

DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA BESAR

( berdasar hadits dari Abdullah bin Umar riwayat Ahmad )

اَللَّهُمَّ اِيْمَانًا بِكَ وَ تَصْدِيْقًا بِكِتَابِكَ وَوَفَاءً بِعَهْدِكَ وَاتِّبَاعًا لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ

صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

ALLOOHUMMA IIMAANAN BIKA, WA TASHDIIQON BIKITAABIKA,

WA WAFAA AN BI ‘AHDIKA, WAT TIBAA ‘AN LIS SUNNATI NABIYYIKA

SHOLLALLOOHU ‘ALAIHI WA SALLAAM

YANG ALLAH AKU BERTAWAF KARENA BERIMAN PADAMU,

DAN KARENA MEMBENARKAN KITABMU

DAN KARENA MEMENUHI JANJIMU

DAN KARENA SUNNAH NABIMU

( berdasar hadits dari Ali riwayat Al Baihaqi )

Selesai melambaikan tangan, tak perlu mengecup tangan

( berdasar hadits dari Ibnu Abbas riwayat Al Bukhori )

Hadap kanan, jalan pelan (pria lari-lari kecil pada 3 putaran),

Selama thowaf memperbanyak dzikir dan doa semampunya,

dan diselingi dzikir sebagaimana yang diucapkan Rasulullah SAW

di bawah ini

سُبْحَانَ اللهِ ،وَالْحَمْدُ للهِ، وَلاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ ،

وَاللهُ اَكْبَرُ،وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

SUB KHAANALLOOH, WAL KHAMDU LILLAH,

WA LAA ILAAHA ILLALLOOH, WALLOOHU AKBAR

WA LAA KHAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAAH

MAHASUCI ALLAH DAN PUJIAN BAGI ALLAH

DAN TIADA TUHAN SELAIN ALLAH , DAN ALLAH MAHA BESAR

DAN TIADA DAYA DAN KEKUATAN SELAIN DENGAN ALLAH

( berdasar hadits dari Abu Huroiroh riwayat Ibnu Abbas )

Setiap di rukun Yamani menuju rukun hajar aswad membaca

رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

ROBBANAA AATINAA FID DUN YAA KHASANAH,

WA FIL AAKHIROTI KHASANAH, WA QINAA NGADZAABAN NAAR

YA ALLAH BERIKAN KAMI KEBAIKAN DI DUNIA DAN AKHERAT, DAN JAUHKANLAH KAMI DARI SIKSA NERAKA

berdasar hadits dari Abdullah bin Saib riwayat Abu Dawud, Ahmad)

kemudian mulai putaran kedua , di sejajar hajar aswad melambaikan tangan kanan seakan menggapai hajar aswad lagi dan membaca seperti memulai putaran pertama , begitu seterusnya sampai tujuh kali putaran

AMALAN YANG MENGIRINGI THAWAF

setelah tujuh putaran

sambil merubah letak Rida’ ( selendang ihram ) kembali di atas kedua pundak,

kemudian menuju arah timur ka’bah untuk shalat sunnat sesudah thawaf,

ketika badan sejurus MAQAM IBRAHIM, membaca

وَاتَّخِذُوا مِنْ مَّقَامِ اِبْرَاهِيْمَ مُصَلًّى

WAT TAKHIDZUU MIM MAQOOMI ]IBROOHIIMA MUSHOLLA

DAN JADIKANLAH MAKAM IBRAHIM SEBAGI TEMPAT SHALAT

( berdasar hadits dari Jabir bin Abdullah riwayat Muslim )

kemudian shalat ba’da thawaf,

rakaat pertama membaca surat Al Kafirun, rakaat kedua Al Ikhlas

selesai shalat berdoa sepuasnya,

Barulah minum zam zam , caranya :

sambil berdiri menghadap kiblat ,tarik nafas tiga kali, berdoa :

اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَ رِزْقًا وَاسِعًا وَ شِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ

ALLOOHUMMA INNII AS ALUKA‘ILMAN NAAFI’AN,

WA RIZQON WAASI’AN,WA SYIFA AN MIN KULLI DAA IN

YA ALLAH SUNGGUH AKU MOHONILMU YANG BERMANFAAT,

RIZKI YANG LUAS DAN KESEMBUHAN DARI PENYAKIT

( berdasar hadits dari Ibnu Abbas riwayat Abdurozaq )

SELESAI MINUM USAPLAH KEPALA DENGAN AIR ZAM ZAM

( berdasar hadits dari Jabir bin Abdullah riwayat Ahmad)

Selanjutnya menuju hajar aswad untuk menciumnya, namun ini amat sulit,

maka cukuplah di tempat sholat itu mengangkat tangan kanan

seakan menggapai hajar aswad seperti ketika memulai thawaf ,

( berdasar hadits dari Jabir bin Abdullah riwayat Abad bin Hamid)

Selesai minum zam zam kemudian menuju bukit shofa

SA’I DARI BUKIT SHOFA KE MARWAH

Setelah dirasa menanjak ke Bukit Shafa , bacalah

اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِاللهِ ، اَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ

INNASH SHOFAA WAL MARWATA MIN SYA’A IRILLAAH,

ABDA U BIMAA BADA ALLOHU BIH

SUNGGUH BUKIT SHOFA DAN MARWAH BAGIAN DARI SYI'AR ALLAH,

AKU MULAI DENGAN APA YANG DIMULAI ALLAH

( berdasar hadits dari Jabir bin Abdullah riwayat Muslim)

Bacaan ini hanya dibaca sekali saja / hanya ketika naik bukit Shafa saja

Di atas Shafa berdoa menghadap kiblat,

Dengan mengangkat kedua tangan membaca :

اَلله ُ اَكْبَرُ، اَلله ُ اَكْبَرُ، اَلله ُ اَكْبَرُ،

لَا اِلَهَ اِلَّا الله ُوَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ،لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ

وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ ،لَا اِلَهَ اِلَّا الله ُوَحْدَهُ ،

اَنْـجَزَ وَعْدَهُ ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ

ALLOOHU AKBAR ALLOOHU AKBAR ALLOOHU AKBAR

LAA ILAAHA ILLALLOOHU WAKHDAHUU LAA SYARIIKALAH,

LAHUL MULKU WALAHUL KHAMDU,

WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI IN QODIIR.

LAA ILAAHA ILLALLOOHU WAHDAH,

ANJAZA WA’DAH WA NASHORO ‘ABDAH

WA HAZAMAL AKHZAABA WAKHDAH

ALLAH MAHA BESAR ALLAH MAHA BESAR ALLAH MAHA BESAR

TIDAK ADA TUHAN SELAIN ALLAH YANG ESA ,

TIADA SEKUTU BAGINYA

BAGINYA KERAJAAN DAN BAGINYA PUJIAN

WA DIA ATAS SEGALA SESUATU BERKUASA

TIDAK ADA TUHAN SELAIN ALLAH YANG MAHA ESA

YANG TELAH MENEPATI JANJINYA

YANG TELAH MENOLONG HAMBANYA

IKUT SUNNAH : bersederhana

Sebenarnya bacaan dalam ibadah Haji dan Umrah

amatlah singkat, sederhana dan tidak panjang

وعن عبد الله بن مسعود - رضي الله عنه - قال :

اَلْإِقْتِصَادُ فِى السُّنَّةِ خَيْرٌ مِن َالإِجْتِهَادِ فِى الْبِدْعَةِ

رواه الدارمي والبيهقي وصححه الحاكم ووافقه الذهبي وصححه الألباني (1).

Artinya :”sederhana / sedikit / ringkas namun menurut sunnah

, lebih baik daripada banyak / panjang tapi bukan sunnah ”.

Hadits dari Ibnu Mas’ud RA dan Ubay bin Ka’ab RA

riwayat Al Baihaqi, Ad Darimi


PENGANTAR

Dalam kenyataan bahwa pelaksanan ibadah haji,

ternyata terdapat atau timbul berbagai pendapat dalam mengungkap

dan memahami matan / tekstual hadits tentang manasik haji.

Majlis Tarjih Dan Pengembangan Pemikiran Islam Muhammadiyah menuntunkan dalam beribadah antara lain berpijak pada

at Tajlibut Taysir yaitu memilih yang mudah.

Lebih-lebih dalam melaksanakan ibadah haji yang banyak menguras tenaga.

Hadits dari Ibnu Abbas riwayat Ahmad dan Nasa’I , Nabi bersabda ,

Hati-hatilah dan jangan kamu berlebih-lebihan dalam menunaikan ajaran agama. Sungguh berlebih-lebihan itulah yang menghancurkan umat

sebelum kamu dalam menunaikan ajaran agama”.

Salah satu contoh berlebih-lebihan dalam ibadah diantaranya ialah doa sesudah shalat yang dituntunkan Nabi hanyalah singkat –singkat dan tidak banyak. Namun ada yang berlebihan dalam dzikir dan doa sesudah shalat.

Akibatnya Shalat Fardlu dilakukan sebentar dan agak tergesa-gesa gerakannya dan bacaan sekenanya.

Kemudian dzikir dan doa sesudah shalat berjam-jam.

Ini berarti mementingkan dzikir tambahan yang banyak dan lama

daripada ibadah ( shalat ) yang wajib.

Inilah contoh kecil dari yang dimaksud BERLEBIHAN.

Demikian pula sebenarnya bacaan dalam ibadah haji dan umrah ,

amatlah singkat, sederhana dan tidak panjang.

Ibnu Mas’ud RA dan Ubay bin Ka’ab RA riwayat Al Baihaqi , berkata,

اَلْإِقْتِصَادُ فِى السُّنَّةِ خَيْرٌ مِن َالإِجْتِهَادِ فِى الْبِدْعَةِ

Artinya :”sederhana / sedikit namun menurut sunnah ,

lebih baik daripada banyak tapi tambahan”.

Nabi Muhammad SAW adalah uswah khasanah ( tauladan yang amat baik ) .

Sunnah / ajarannya sudah lengkap dan meliputi segala amalan ibadah, tak perlu ditambah atau dikurangi. Ibadah sudah dituntunkan mudah,

mengapa dipersukar , walaupun alasan penambahan itu

dengan dalih untuk memperbanyak amal .

Dalam ibadah, bacaan apa yang harus dibaca,

kapan dan berapa kali dibaca

sudah dituntunkan secara lengkap dan jelas oleh Nabi

sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al Maidah : 3

Ada ungkapan salah sebagai berikut ,

calon jamaah haji kalau ikut

Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ) Aisyiyah

, doa / dzikir nya pendek , sedikit tidak panjang

sehingga tidak memotivasi ibadah , dan kurang “marem”

berbeda kalau dalam buku paket Manasik dari Depag atau ikut KBIH yang lain doanya banyak, panjang dan variatif dan memotivasi beribadah .

Ingatlah ! Ibadah haji yang niyatnya telah lama bertahun tahun kita mantapkan, beaya bertahun tahun kita persiapkan , alangkah ruginya jika ternyata

cara melaksanakannya kurang sesuai dengan yang dimanasikkan Nabi , sebagaimana hadits shahih dari Jabir riwayat Al Baihaqi :

لِتَأحُذُوا عَنِّى مَنَاسِكَكُمْ فَإِنِّى لاَ اَدْرِى لَعَلِّى لاَ أَحُجُّ بَعْدَ عَامِى هَذَى

Artinya : “ hendaklah kau mengambil tatacaraku berhaji.

Sungguh tak tahu apakah aku sesudah tahun ini kelak bisa berhaji lagi”.

Sementara itu beberapa ulama Ahlussunnah dalam menilai

Buku Manasik Haji dari berbagai penerbit, berpendapat :

dirasakan dalam dzikir dan doa dalam ibadah haji dan umrah

terlalu banyak tambahan dan diperpanjang,

sedang secara tekstual ( matan) hadits atau menurut sunnah,

manasik haji hanya pendek , singkat dan sederhana .

Lebih-lebih dalam kenyataannya, calon jemaah haji sebagian besar awam, mereka hanya menerima sedikit tentang haji dan umrah dari guru agama ketika di bangku sekolah atau dari ustadz majlis pengajian.

Berlebih lebihan dalam doa diingatkan Nabi dalam hadits dari Abdullah bin Mughaffal riwayat Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah :

اِنَّهُ سَيَكُوْنُ فِى هَذِهِ الاُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُوْنَ فِى الطُهُوْرِوَالدُّعَآءِ

Artinya : "sungguh akan terjadi pada umat Islam, sekelompok orang yang berlebih lebihan dalam betsuci dan berdoa ".

Menambah dalam ibadah jelas tidak benar walau dirasakan baik

dan dikira akan menambah pahala serta memotivasi ibadah

sebab dalam hadits dari Abdullah bin Umar dalam Kitab Al Ibanah :

Nabi bersabda

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَاِنْ رَاَهَا النَّاسُ حَسَنَةٌ

Setiap tambahan amalan itu sesat walaupun orang menganggapnya baik

Sangat disayangkan dalam Buku Manasik Haji paket dari Depag RI

lafal dzikir dan doa tidak disebutkan sumbernya

hadits dari sahabat siapa dan riwayat siapa dzikir dan doa manasik itu diambil.

Hal ini mengingat bahwa ibadah haji itu harus sesuai apa yang pernah dilakukan dan diucapkan Nabi

Mengingat hal-hal tersebut , menjadi alasan dan melatarbelakangi munculnya / didirikannya K B I H ( Kelompok Bimbingan Ibadah haji )

Dan KBIH yang pertama kali muncul ialah Bimbingan Ibadah Haji Aisyiyah,

sebagai amal usaha Muhammadiyah

dalam meluruskan ibadah haji dan umrah menurut sunnah Rasulullah SAW.

Oleh sebab itulah mengapa dalam ibadah haji ,

BIMBINGAN IBADAH HAJI AISYIYAH

t i d a k menggunakan Buku Manasik terbitan manapun .

Namun HANYA meneladani apa yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW.

Tepatnya hanya apa yang tertulis dalam hadits yang shahih.

Atau menurut Ahlussunnah wal jamaah


Penyusun

Muhammad Busyrowi Abdulmannan